Pahami Pasar Konsumen, Trik Agar Buku Masuk Percetakan


Oleh : Abdul Azis Muslim


Ingin bisa masuk dapur percetakan dan diterbitkan bukunya oleh penerbit?Anda wajib membaca tulisan ini. Kunci pertama bagi penulis adalah pemilihan judul yang baik, pasar sasaran yang akan dituju, kemudian lakukan sedikit riset pesaing, sehingga dapat dengan gamblang ditawarkan ke penerbit. Tiga hal ini yang menurut Edi S. Mulyanta S.Si, M.T. menjadi pegangan bagi setiap penulis yang bercita-cita memasukkan berkas tulisannya ke penerbit.

Apalagi tema yang ditulis tersebut ternyata tema yang baru, maka perlu tambahan data riset kecil yang tidak gampang untuk memengaruhi penerbit agar mau menerbitkan buku seorang penulis. Menurut Edi penerbit lebih cenderung mencari tema yang secara data pemasaran sudah ada. Hal ini berkaitan dengan meminimalisir resiko ketika buku dijual ke pasaran.

Publishing Consultant Andi Publisher ini membagi tips bagi penulis pemula agar mengirimkan naskah tulisan ke beberapa penerbit.. Selanjutnya, penerbit akan menyeleksi tulisan, dengan beberapa pertimbangan. Salah satu pertimbangan dominan tentang pemasaran sebagai bahan pertimbangan utamanya. “Berikan sedikit penjelasan pasar sasaran, dengan data-data angka akan lebih menarik,” ungkap pria kelahiran Jogyakarta ini saat memberikan kuliah Online Menulis yang digawangi Omjay kerjasama dengan PB PGRI.

Edi memaparkan bahwa setiap penerbit telah dipercayakan ISBN dari perpustakaan nasional, sebagai penanda setiap terbitannya, dan dinaungi di bawah IKAPI sebagai lembaga yang ditunjuk pemerintah untuk mewadahi setiap penerbit di luar penerbit kampus. Penerbit di bawah IKAPI secara alamiah memilih jalur masing-masing sesuai passionnya dalam menerbitkan buku.

Agar bisa diterima penerbit, maka sudah seharusnya seorang penulis, sebaiknya memahami ciri khas terbitan setiap penerbit. Hal ini bertujuan agar tulisannya sesuai dengan misi penerbit tersebut. “Walaupun ada penerbit yang dapat menerbitkan segala tema di setiap terbitannya,” jelasnya.

Secara gamblang Edi menyarankan agar penulis, dapat mengirimkan usulan dan proposal terlebih dahulu untuk menjajagi apakah jalur tulisannya sudah sesuai dengan visi dan misi penerbitan belum. Hal ini untuk menghemat waktu dan biaya dalam memersiapkan tulisannya.

Setiap penerbit, mempunyai SOP dalam memilah, memilih tulisan untuk dijadikan komoditas industri, dengan tujuan utama tentunya adalah terbitannya dapat terserap di pasar dengan cepat.

“Penerbit mempunyai peta pasar yang dia rekam dari outlet-outlet nya, sehingga instink penerbitan yang telah lama bergelut di bidangnya akan semakin terasah. Dari melihat judul, outline, dan siapa penulis, terkadang penerbit dapat memproyeksikan pasar buku yang menjadi sasarannya,” jelasnya.

Pria kelahiran 24 Mei 1969 memberi contoh bahwa pada saat ini buku yang sangat dicari adalah buku tentang Covid-19. Maka seorang penulis bisa mencari secepatnya apa, bagaimana, virus tersebut. “Apakah buku yang kita tulis betul-betul mempunyai manfaat pada pembaca,” jelasnya.

Edi menambahkan, selain melihat situasi, penulis juga harus mengerti peta persaingan. Pesaing buku apakah sudah ada apa belum. Penulis perintis pertama biasanya dapat menikmati pasar awal yang cukup menarik. Biasanya tulisan pertama memunyai kualitas yang belum baik, akan tetapi mengejar momen yang cukup  bagus. “Penulis follower biasanya mempunyai penyajian materi yang lebih baik  akan tetapi terkadang menikmati pasar sisa dari para penulis perintis,” imbuhnya.

Penulis perintis effort awal lebih banyak dengan risiko tidak laku juga besar. Penerbit akan sangat tergantung dari tawaran awal dalam proposal dalam menentukan penerbitannya.

Proposal buku akan semakin sempurna, jika penulis telah melakukan proses tulisan bukunya minimal 50% dari rencana keseluruhan. Supaya proses penyelesaian tulisannya tidak terlalu lama. Penerbit biasanya memberikan waktu yang beragam untuk menyelesaikan tulisan tersebut.

Edi menceritakan bahwa selama ini banyak penulis yang menebar proposal banyak, akan tetapi finishing tulisannya lambat. Tentu saja kondisi ini akan menghambat proses produksi bukunya. Akibatnya, penerbit akan memilih tulisan yang lebih dahulu selesai. Hal inilah diperlukan manajemen waktu penyelesaian tulisan penulis, supaya dapat segera diproses di penerbitannya.

Proses penerbitan cuku panjang waktunya, dari administrasi penerbitan awal, editing, setting layout, desain cover, dan proses produksi. Tanpa ada antrian proses penerbitan buku memakan waktu antara 2 minggu hingga 1 bulan paling lama.

“Yang membuat lama adalah proses antrian, baik dari sisi penulis maupun beberapa bagian di penerbitan,” ungkap S1 Geografi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 1994.

Untuk itu penulis harus mengerti alur penerbitan produk buku. Pada proses administrasi penerbitan, yang perlu dipersiapkan adalah Kelengkapan naskah, dari Judul-Sub Judul, Nama Pengarang, Kata Pengantar, Prakata, Daftar Isi, Bab, hingga Sinopsis. Penulis harus jeli melengkapi hal demikian, karena biasanya sebelum lengkap, proses selanjutnya tidak akan dijalankan.

Sementara proses editing, akan terbantukan dengan pengetahuan ejaan, pemilihan kata, kalimat, paragraf hingga hirarki bab yang baik dari penulis. Edi memaparkan pengalamannya bahwa kelemahan penulis biasanya tidak clear saat menentukan hirarki bab, paragraf, kalimat, kata, dan pemilihan fontasi.

Editor akan membantu hal tersebut, akan tetapi apabila penulis telah menata dengan baik, maka kerja editor akan lebih fokus ke dalam bagaimana memilih efektifan kalimat, dan struktur bab yang baik.

Setting layout juga mempunyai peranan yang penting, karena menentukan ukuran buku, jumlah halaman, dan keindahan halaman per halaman. Titik krusial ada di sini, karena dengan pengaturan halaman yang baik, makan harga buku akan dapat efektif di tentukan.

“Harga buku yang menarik, akan cukum memengaruhi pembeli dalam memutuskan akan menikmati buku tersebut atau meninggalkannya.,” jelas S2 Magister Teknologi Informasi Fak. Elektro UGM Yogyakarta 2006.

Desain cover, juga memunyai peranan strategis dalam sebuah buku. Apalagi tipikan pembeli buku di Indonesia adalah didasarkan dari keindahan dan seberapa menarik cover buku. Tipikal pembaca buku di indonesia adalah, sight seeing, sehingga cover sangat penting sekali dalam pemasaran buku. Setiap penerbit mempunyai data juga bagai mana cover yang menarik, dan terbukti mendongkrak pemasaran. Saat proofing, penulis sebaiknya memberikan beberapa perbaikan ide untuk lebih memperkuat pasar buku yang ditulisnya.

Kerjasama yang baik dari penulis, dan pengetahuan data dari penerbit akan dapat menentukan keberhasilan tulisan untuk terserap di pasar.

Edi menjelaskan bahwa dari pengalaman di Penerbitan Andi Publising, tidak ada buku best seller yang by design. Maksudnya banyak buku best seller di Indonesia, lahir karena karunia dan keberuntungan semata. Karena itu dia meminta kepada penulis pemula untuk tidak takut menawarkan tulisan anda ke penerbit,. Pada dasarnya penerbit juga trial and error. Dalam menerbitkan buku ternyata bukan hanya factor pengalaman. Intuisi juga terkadang membantu untuk menghindari kerugian.

Edi menjelaskan kondisi penerbit buku saat ini menyedihkan sekali. Saat ini hampir 90 persen outlet penerbitan sekarang tutup. Kampus dan sekolah tutup semua tidak ada aktifitas. “Omzet kami betul-betul turun hingga ke titik nadir. Kami harus berjuang hingga 3 bulan ke depan untuk menanti masa panen di tahun ajaran baru,” jelasnya.

Dalam jangka 3 bulan ke depan merupakan titik hidup mati penerbitan, karena jika tidak dapat melewatinya, banyak sekali penerbit di bawah ikapi akan gulung tikar. Sementara pasar On Line di Indonesia belum tumbuh untuk pasar buku, sehingga kami harus menahan lapar sejenak untuk 3 bulan ke depa. Dia berharap pandemi ini akan usai.

Penulis juga mesti memahami bahwa  pasar penelitian di Indonesia sangat kecil sekali, sehingga terkadang pasar yang di sasar adalah pasar captive market, atau pasar yang sudah memahami betul materi bahasan. Pasar ini disebut niche market atau pasar ceruk.

Buku yang terbukti masih laku di toko buku adalah buku anak, buku dongeng, cerita bergambar, komik. Dia menyarankan buku tersebut harus mempunyai value bagus untuk pendidikan karakter. Buku lainnya yang masih prospektif adalah buku, keagamaan, motivasi, dan buku sekolah.

Bagi yang ingin mengenal Bapak Edi bisa berkomunikasi melalui https://www.facebook.com/edis.mulyanta maupun melalui www.sobatambyar.com.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membayangkan Seminggu Tidak Menulis Dipecat, Rahasia Sukses Profesor Richardus Eko Indrajit Menulis 75 Buku

PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN INSTRUKSI PENDIDIKAN