Satu Hari Satu Artikel Mudah Kok!


Oleh:  Abdul Azis Muslim*
Bagi orang yang tidak biasa menulis rasanya membayangkan judul di atas mungkin menyeramkan. Bagaimana bisa, masak sehari bisa satu artikel. Gak masuk akal. Tapi bagi mereka yang sudah menjadi kebiasaan tidak ada yang mustahil. Penulis yang terbiasa menghasilkan karya setiap waktu maka semuanya tidak ada yang sulit.

Pengalaman menulis setiap hari juga dimungkinkan karena kedisiplinan diri yang kuat. Karena itu tantangan bagi penulis adalah bagaimana menguatkan diri untuk istiomah melaksanakan kebiasaan dalam hal ini menulis sehari satu artikel.

salah satu penulis Dadang Kadarusman memberikan tips agar menulis dengan maksimal. Menurutnya menulis itu buat diri kita sendiri. Bukan buat orang lain. Jadi, menurutnya karena untuk diri kita maka saat menulis maka harus yang terbaik. Sehingga mendapat yang terbaik dari yang kita berikan. Sedangkan para pembaca, adalah pihak yang ikut menikmati manfaatnya.

“Dengan begitu, maka lewat tulisan kita; kita menjadi pribadi yang lebih baik terlebih dahulu. Sambil mengajak orang lain untuk menemani perjalanan menuju perbaikan diri itu. So teruslah menulis. Karena dengan menulis, engkau melayani diri sendiri dan memberi manfaat kepada orang lain,” jelasnya saat menyampaikan materi dalam pelatihan menulis online yang dilaksanakan PB PGRI dan Omjay.

Persoalan menerbitkan tulisan di penerbit menjadi hal yang otomatis mengikuti jika tulisan yang kita buat sudah baik. Penerbit akan mendatangi Anda jika skill menulis Anda sudah sesuai dengan yang mereka cari. Untuk bisa menulis baik, Dadang memberikan tips yaitu menganggap kegiatan menulis itu mudah. Jangan ada anggapan bahwa  menulis dan menerbitkan buku itu susah. “Menulis  dan menerbitkan buku itu gampang banget,” jelasnya.

Menulis setiap hari menurutnya membantu menjaga keselerasan antara otot-otot tubuh dan jiwa. “Jadi, nanti kalau kita sudah terbiasa menulis. Melihat apapun, selalu ingin menerjemahkan apa yang kita lihat itu kedalam bentuk tulisan. Begitu pula ketika kita merasakan sesuatu dan itu terjadi secara refleks saja,” ungkapnya.

Orang yang tidak terbiasa menulis, bisa saja memendam perasaan itu. atau butuh seseorang yang mau mendengarnya. Padahal, belum tentu ada yang mau dengan kan? Tapi jika dia terbiasa menulis, maka dia selalu punya teman untuk mencurahkan perasaannya. Kalau sekarang, tinggal ambil smart phone maka kita bisa mencurahkannya disana. Intinya menulis itu sebagai sarana untuk menyalurkan segala hal yang pikir dan dipendam kemudian dibuat tulisan.

Menurut Deka panggilan akrab-Dadang menulis setiap hari itu merupakan healing remedy. Jadi, jika terbiasa menulis, kita bisa menjadi pribadi yang lebih sehat . Kesimpulannya, kenapa perlu menulis setiap hari adalah; Karena seorang penerbit buku sejati, bukanlah orang yang meminta bantuan orang lain untuk menuliskan naskah bukunya.

Bagimana kemampuan itu diasah? Dengan cara berkomitmen untuk tidak melewatkan 1 hari pun dalam hidup kita tanpa menulis. Jadi, bapak ibu sekalian. Jika Anda sungguh-sungguh ingin menjadi penulis handal; mulai sekarang, berkomitmenlah untuk menulis setiap hari. “ Kalau saya pribadi, 1 hari 1 artikel,” tegasnya.

Kan jaman dulu kalau kita mau mengirim artikel ke koran, itu ada ketentuan jumlah kata. Nah kalau ukurannya jumlah artikel, berarti tidak ditentukan jumlah katanya kan ya. Hal itu membuat penulis pemula kesulitan.

Karena bukan hal yang mudah untuk menuangkan gagasan secara indah dengan jumlah kata yang ditentukan. Maka baginyaukurannya adalah "1 Artikel" Artikel itu apa? Sebuah paparan yang memuat buah pikiran penulis sehingga dapat dipahami oleh orang lain. Begitu ukurannya.

Jadi, yang penting dalam 1 hari itu ada karya tulis ibu bapak yang "KALAU" dibaca orang lain, mereka akan memahaminya Belum tentu ada orang yang membaca artikel itu. Oya, kenapa beliau menggunakankata kalau? Duh, sedih banget ya. Dia menjelaskan bahwa banyak penulis sudah cape-cape nulis tapi kok tidak ada yang baca. Nah, ini penting bapak ibu. “Ditahap belajar ini, sebaiknya kita tidak terlalu baper soal ada yang membaca apa tidak. kenapa? Karena kalau orang lain baca pun belum tentu feedbacknya positif kan ya. Kan tidak sedikit orang yang berhenti menulis karena pembacanya memberi feedback negative,” ungkapnya.

Menurutnya bagi penulis pemulayang penting menulis saja dulu.. Kalau tulisannya sudah memenuhi standar minimal untuk dibaca orang maka pasti bakal dibaca. Setelah membahas tentang WHY yang berhubungan proses membiasakan diri dalam menulis itu Sekarang kita bahas WHATnya. WHAT makes you write something?. Apa sih yang menjadi mendorong Anda untuk menulis?

Ada orang yang menulis agar mendapatkan uang? Ada. Dulu, Bapak Dadang pernah berada di level itu. Karena itu menurutnya niat menjadi penulis harus ditata dulu. Caranya dengan menanyakan kepada diri sendiri dulu apa yang mendorong kita menulis. dengan kata lain, apa sih tujuan kita menulis?. Misalnya menulis untuk mendapatkan uang, karena saya butuh untuk bisa sekolah.

Bapak ibu boleh nggak menjadikan uang sebagai pendorong utama dalam menulis? menurut Deka hal tersebut boleh saja. tidak masalah. Tapi nanti seiring berjalannya waktu nanti penulis akan menemukan dorongan yang paling cocok buatnya.

Kedua, menulis dengan dorongan INGIN BERBAGI PENGETAHUAN. Nah, yang ini menurut Deka paling sesuai dengan jiwa pendidik seperti kita. Artikel itu apa? Sebuah paparan yang memuat buah pikiran penulis sehingga dapat dipahami oleh orang lain. Begitu ukurannya.

"Jadi, yang penting dalam 1 hari itu ada karya tulis ibu bapak yang "KALAU" dibaca orang lain, mereka akan memahaminya. Karena, belum tentu ada orang yang membaca artikel itu. Oya, kenapa saya pakai kata KALAU? Duh, sedih banget ya. sudah cape-cape nulis tapi kok nggak ada yang baca. Nah, ini penting bapak ibu.. Ditahap belajar ini, sebaiknya kita tidak terlalu baper soal ada yang membaca apa tidak tulisan kita. kenapa? Karena kalau orang lain baca pun belum tentu feedback-nya positif kan ya. Kan tidak sedikit orang yang berhenti menulis karena pembacanya memberi feedback negatif.." papar Dadang.

Bapak Dadang misalnya mempunyai pemikiran bahwamenulis lebih karena ingin agar Allah mengajari saya sesuatu. lalu yang Allah ajarkan itu saya bagikan kepada orang lain.. Dengan itu, maka dia selalu tanya; "Ya Allah, hari ini saya bisa belajar apa? Makanya sekarang saya justru lebih tertarik untuk menulis artikel setiap hari kemudian diberikan secara free daripada memikirkan menerbitkan buku.," jelasnya.

Demikian berbagai metode dan kita yang diberikan oleh Bapak Dadang Kadarusman. Semoga kita mengikuti jejaknya menjadi penulis yang istiqomah.aamiin.


*Mengabdi di salah satu SMP di Kabupaten Demak.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Membayangkan Seminggu Tidak Menulis Dipecat, Rahasia Sukses Profesor Richardus Eko Indrajit Menulis 75 Buku

PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN INSTRUKSI PENDIDIKAN